Pulau ‘Sampah’ Kembali Muncul di Perairan Sungai Citarum
Date: 19 Jul 2024
Pulau 'sampah' kembali muncul di aliran Sungai Citarum yang membelah Jembatan Batujajar (BBS), Kabupaten Bandung Barat. Pulau sampah yang sebelumnya sudah dibersihkan oleh petugas gabungan kini muncul kembali, didominasi oleh sampah plastik, eceng gondok, dan sterofoam yang memenuhi aliran sungai. Sumber Berita Detik.
Masalah Sampah Akibat Pengelolaan yang Buruk
Sampah yang tidak dikelola dengan baik dan lolos ke saluran air, terutama sungai, dapat menimbulkan berbagai masalah serius. Sampah akuatik memengaruhi kualitas air, membahayakan tanaman dan hewan, mencemari ruang terbuka yang menjadi tempat wisata dan rekreasi, serta merusak siklus hidrologi di daerah aliran sungai. Sumber EPA. Meskipun semua jenis sampah akuatik berpotensi menimbulkan dampak yang berbahaya, sampah plastik sangat mengkhawatirkan karena kecenderungannya untuk bertahan lama di lingkungan serta produksi, penggunaan, dan pembuangannya yang meluas.
Dampak Sampah pada Siklus Hidrologi
Sampah di Sungai Citarum memiliki dampak signifikan terhadap siklus hidrologi, yang meliputi berbagai proses alami air. Gangguan pada siklus ini dapat menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan seperti banjir, kekeringan, penurunan kualitas air, dan kerusakan ekosistem. Oleh karena itu, upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan untuk menyelamatkan Sungai Citarum dan menjaga kelestarian siklus hidrologi.
Illustrasi Siklus Hidrologi dan Dampak Sampah:
!https://prod-files-secure.s3.us-west-2.amazonaws.com/ca92ddd2-457b-4904-81d2-289ada1803a5/f3afebd8-52d7-40da-8fb4-0367037f8e1b/Untitled.png
- Penguapan (Evaporasi)
- Kondisi Normal: Air sungai menguap ke atmosfer karena panas matahari.
- Dampak Sampah: Sampah di permukaan air sungai menghambat penguapan air. Selain itu, sampah organik menghasilkan gas metana, yang berkontribusi pada efek rumah kaca.
- Presipitasi
- Kondisi Normal: Uap air dari penguapan berkondensasi menjadi awan dan turun sebagai hujan.
- Dampak Sampah: Pencemaran air sungai meningkatkan keasaman air hujan (hujan asam), yang dapat merusak vegetasi dan tanah.
- Infiltrasi
- Kondisi Normal: Air hujan meresap ke dalam tanah untuk mengisi cadangan air tanah.
- Dampak Sampah: Sampah di tanah menghambat infiltrasi air, yang mengurangi ketersediaan air tanah dan meningkatkan risiko kekeringan.
- Aliran Air Tanah
- Kondisi Normal: Air tanah mengalir ke sungai dan danau, membantu menjaga aliran air sepanjang tahun.
- Dampak Sampah: Penurunan infiltrasi air mengurangi cadangan air tanah, yang mengurangi ketersediaan air untuk keperluan manusia dan ekosistem.
- Aliran Permukaan
- Kondisi Normal: Air mengalir di permukaan tanah menuju sungai dan danau, mendukung ekosistem perairan.
- Dampak Sampah: Sampah di sungai menyumbat aliran air, meningkatkan erosi, dan merusak ekosistem sungai, yang mengganggu habitat ikan dan organisme akuatik lainnya.
- Penyimpanan Air
- Kondisi Normal: Sungai, danau, dan waduk menyimpan air untuk digunakan oleh manusia dan ekosistem.
- Dampak Sampah: Pencemaran air sungai mengurangi kualitas air dan menurunkan kapasitas penyimpanan air, yang dapat menyebabkan masalah bagi sistem penyediaan air bersih dan ekosistem.
Dampak Terhadap Keseimbangan Siklus Hidrologi
- Gangguan Keseimbangan: Sampah mengganggu keseimbangan siklus hidrologi, mengurangi jumlah air bersih, dan meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan kekeringan.
- Dampak Jangka Panjang: Dampak ini dapat berakibat fatal bagi lingkungan dan kehidupan manusia di sekitar Sungai Citarum, mempengaruhi kesehatan masyarakat, keberagaman hayati, dan keberlanjutan sumber daya air.
Dengan pemahaman ini, sangat penting untuk menerapkan langkah-langkah konkret dalam pengelolaan sampah, termasuk peningkatan infrastruktur kebersihan, pengawasan ketat terhadap pencemaran, dan partisipasi aktif masyarakat untuk melindungi Sungai Citarum dan menjaga keseimbangan siklus hidrologi.